Newsflash
Jakarta, 17/4/2013 (Kominfonewscenter) – Komisi V DPR menilai program penataan kawasan kumuh oleh Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) di Provinsi NTB sudah cukup baik, pembangunan jalan, saluran air, penerangan jalan umum (PJU) dan MCK Komunal dirasa sangat positif untuk pengembangan sebuah kawasan. |
BANK DUNIA: 68 JUTA PENDUDUK INDONESIA TETAP RENTAN JATUH MISKIN |
Wednesday, 24 September 2014 00:00 |
Jakarta, 24/9/2014 (Kominfonewscenter) – Sekitar 68 juta penduduk Indonesia tetap rentan untuk jatuh miskin, pendapatan mereka hanya sedikit lebih tinggi dibanding keluarga miskin, guncangan ekonomi seperti jatuh sakit, bencana atau kehilangan pekerjaan, dengan mudah dapat membuat mereka kembali jatuh miskin. Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia, Rodrigo A. Chaves mengatakan Selasa (23/9), mengentaskan kemiskinan dan ketimpangan akan menjadi tantangan paling penting bagi pemerintah Indonesia mendatang. Bank Dunia yakin, Indonesia akan membuat kemajuan yang substansial, dengan melakukan implementasi kebijakan-kebijakan publik yang efektif, kemitraan dengan sektor swasta dan organisasi masyarakat sipil. “Mengentaskan kemiskinan dan berbagi kesejahteraan merupakan misi Bank Dunia, dan kami akan mendukung pemerintahan baru dalam mencapai tujuan-tujuan ini, “kata Rodrigo. Menurut Bank Dunia, penurunan kemiskinan di Indonesia terus melambat, hanya 0,7 persen tahun 2012-2013, tingkat penurunan terkecil dalam satu dekade terakhir, Ketimpangan juga meningkat dalam beberapa tahun terakhir yang berpotensi menciptakan konflik social, hal ini akan mengurangi manfaat dari tingginya pertumbuhan ekonomi beberapa tahun terakhir, pertumbuhan yang pada dasarnya mengurangi tingkat kemiskinan menjadi 11,3% tahun 2014, dibanding 24% tahun 1999. Meningkatnya ketimpangan juga membuat mereka yang miskin lebih sulit lagi untuk keluar dari kemiskinan. Koefisien Gini, yang mengukur ketimpangan konsumsi, telah meningkat dari 0,30 tahun 2000, menjadi sekitar 0,41 tahun 2013. Kesenjangan antar daerah tetap ada, Indonesia Timur tertinggal dari wilayah lain terutama Jawa, akibatnya meski upaya mengurangi kemiskinan mengalami kemajuan, Indonesia menjadi salah satu negara dengan peningkatan ketimpangan tercepat di kawasan Asia Timur . Ketimpangan merupakan konsekuensi pertumbuhan yang bisa dihindari, ekonomi negara-negara berkembang lain telah berhasil tumbuh dan pada saat yang sama terus berupaya menekan tingkat kemiskinan dan ketimpangan. Menurut Ekonom Utama Bank Dunia di Indonesia Vivi Alatas, strategi utama mengentaskan kemiskinan dan mengurangi ketimpangan adalah dengan membantu masyarakat miskin menolong diri mereka sendiri, melalui penyediaan lebih banyak pekerjaan dan pekerjaan yang memberikan penghasilan lebih baik. “Kita juga perlu memastikan anak-anak di seluruh Indonesia memiliki akses yang sama ke layanan yang berkualitas, agar mereka dapat memulai hidupnya secara adil," katanya. Peningkatan anggaran untuk program-program jaring pengaman sosial (social safety net) akan membantu meningkatkan akses keluarga miskin terhadap layanan kesehatan, gizi yang lebih baik dan pendidikan yang berkualitas, hal ini meningkatkan peluang mereka untuk lepas dari kemiskinan. Saat ini, Indonesia hanya menghabiskan 0,7% dari PDB (Pendapatan Domestik Bruto) untuk program-program bantuan sosial, dibanding Brasil yang menggunakan 1,5% dari PDB-nya dan negara-negara berpenghasilan menengah rendah lainnya. Kedua tantangan yakni penurunan kemiskinan yang melambat dan ketimpangan yang meningkat, menjadi fokus konferensi Bank Dunia yang dihadiri oleh beragam masyarakat Indonesia dan dibuka oleh Wakil Presiden, Dr. Boediono. Konferensi ini didukung pemerintah Australia, mitra pemerintah Indonesia dan Bank Dunia dalam mendorong pengentasan kemiskinan dan pembangunan ekonomi berkelanjutan. (myd)
|
Statistik
Members : 563Content : 3806
Web Links : 1
Content View Hits : 1353950